Search This Blog

Monday, December 21, 2015

Detektif Cilik: Pelari Maraton Yang Curang & Kasus-Kasus Lain

Detektif Cilik Hawkeye Collins & Amy Adams: Pelari Maraton Yang Curang & Kasus-Kasus Lain
Pengarang:




18931647



Lamat-lamat, saya masih ingat—dalam masa kecil saya yang jauh dan teduh—ketika menemukan iklan buku ini di majalah Bobo, dan kemudian saya bergegas meminjamnya di sebuah rental bacaan (sekarang sudah tutup, diubah menjadi kafe kekinian yang sama sekali tidak menyuguhkan buku). Sebuah buku petualangan khas anak yang langsung membuat saya terpesona karena penyajiannya yang tak biasa. Saya masih ingat, dulu harus mencari cermin dulu agar bisa membaca bagian akhir dari setiap cerpen yang tersuguh di buku kumcer ini. Sebelum akhirnya saya menemukan cara yang jauh lebih praktis (walau tetap bikin pegel) yakni dengan menghadapkan kertas membelakangi sumber cahaya. Sungguh pengalaman tak terlupakan.

Seri Lima Sekawan, Pasukan Mau Tahu, Trio Detektif, STOP, dan Lupus adalah pembentuk masa kecil saya. Sebagian mereka menjadikan saya menyukai petualangan (meskipun baru dalam tahap membaca novel petualangan wkwk) dan sebagian lagi turut menjadikan saya lucu seperti sekarang (*sodorin tas kresek buat yang mau muntah). Tapi, bukan karena saya lucu, tapi karena buku-buku di atas adalah sedemikian istimewa dalam masa kecil beberapa kita. Terkhusus untuk seri Detektik Cilik ini, saya sedemikian terkesan membaca tulisan dengan teknik unik seperti di buku ini. Belum pernah sebelumnya saya menemukan buku dengan ending yang harus ditebak sendiri oleh pembaca, dengan kunci jawaban yang repot-repot harus mencari cermin dulu agar bisa membacanya.

Mungkin, dulu membaca buku ini memang repot: tangan pegal atau membaca sambil miring-miring manyun di depan cermin. Tetapi, itulah rupanya yang membuat buku ini tak terlupakan. Ini juga yang membuat membaca buku ini terasa seru dan menyenangkan di era 90-an yang minim hiburan media social kecuali deretan kartun di hari Minggu yang selalu ditunggu. Tidak hanya ditantang untuk membaca terbalik, kita juga diajak untuk menebak si pelaku dengan mengamati gambar sketsa yang dibuat oleh Hawkeye. 

Untuk mengingatkan, Detektif Cilik adalah Amy dan Hawkeye yang masih berusia 12 tahun. Keduanya tinggal di sebuah kota kecil bernama Lakewood Hills dan telah berulang kali membantu kepolisian lokal dalam memecahkan kasus. Untuk memperkenalkan keduanya, seri ini—khas buku cerita anak-anak jadul—menampilkan biodata singkat keduanya di halaman-halaman awal sehingga pembaca baru bisa membacanya secara acak. Hawkeye adalah julukan bagi Christopher Collins yang memiliki kecermatan luar biasa dalam memperhatikan hal-hal sederhana yang kadang diabaikan orang. Dia juga jago membikin sketsa tentang lokasi kejadian—yang kemudian terbukti sangat bermanfaat dalam membantu penyelidikan.

Kenapa digambar? Bukannya difoto lebih praktis dan cepat? Terang saja karena buku ini ditulis tahun 1984. Waktu itu, kamera digital jelas belum ada, hanya ada kamera dengan negatif film yang harganya pun masih terhitung mahal. Tidak mungkin anak-anak SD bawa kamera mahal kemana-mana bukan? Lagipula, Hawkeye lewat gambarnya mengajarkan kepada kita tentang pentingnya proses, tentang bermanfaatnya catatan (atau dalam hal ini gambar sketsa), dan sekaligus mengajak pembaca belajar membuat gambar sketsa. Detektif kedua adalah Amy Adams yang lincah dan atletis. Dia jagonya olahraga plus pintar matematika; perpaduan elok yang terbukti banyak membantu mereka dalam menyelidiki kasus-kasus aneh. 

Kedua anak ini, anehnya, selalu berada di waktu dan tempat yang tepat, yakni ketika terjadi sebuah kasus yang melibatkan misteri atau ketika ada orang yang hendak menipu teman-teman keduanya. Biasanya, Amy yang akan berpikir sementara Hawkeye yang segera menggambar sketsa dari lokasi kejadian. Metode ini masih dipakai oleh kepolisian dalam menyelidiki TKP (walau sekarang cukup dengan memotretnya semata), yakni mengambil gambar dari lokasi kejadian untuk kemudian didalami secara lebih teliti di laboratorium atau di markas besar.  Secara tidak langsung, teknik sketsa Hawkeye ini mengajak pembaca untuk fokus pada bukti dan mengabaikan gangguan-gangguan yang masih berupa dugaan atau prasangka. Inilah cara yang paling menyenangkan untuk mengajarkan keterampilan berpikir secara sistematis kepada anak-anak. Semoga, kita masih bisa menemukan dan membaca buku-buku bagus tapi sudah langka seperti ini di pasaran.

1 comment: